Sebuah karya relief yang dikerjakan secara keroyokan dari tahun 1961 - 1964 masih berada di sana, di mulut jalan masuk hotel yang kini bernama Hotel Indonesia Kempinski yang terletak di pusat kota, tepatnya di Jl. MH Thamrin No. 1 Jakarta, Indonesia.
Tak ada yang berubah pada relief itu. Gambaran tentang masyarakat Bali masih terpahat di atas batu andesit seluas 68 meter persegi itu. Nama Harjadi Sumodidjojo juga masih terlihat jelas, bersama 52 nama lainnya yang tergabung di Sanggar Sela Binangun yang mengerjakan relief berjudul "Balinese Life" itu.
Sekilas memang seperti tak terjadi apa-apa dengan karya relief tersebut. Tapi jika hikmat mengamati keberadaan relief itu, rasanya ada yang mengganjal. Letaknya yang persis di mulut jalan masuk hotel, menjadikan karya relief ini "kerap diabaikan" oleh para tamu hotel, terlebih di jalan tersebut juga berderet mobil parkir, seperti yang terjadi pada saat kompas.com mengikuti tur hotel dalam rangka "50 Tahun Hotel Indonesia" pada Rabu (12/9/12) lalu.
Rasanya sayang jika karya seni itu tidak diperlakukan dengan baik. Misalnya, dengan melarang mobil parkir di sekitar tempat tersebut salah satunya. Seperti yang dikatakan Soewarno, pengajar Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang menjadi pendamping saat tur bersama wartawan siang itu, karya ini merupakan salah satu tonggak sejarah seni rupa Indonesia.
Harijadi Sumodidjojo yang menjadi 'komandan' perupa yang membuat relief ini, jelas bukan perupa sembarangan. Harijadi adalah perupa kesayangan Bung Karno yang pernah dikirim ke Meksiko pada 1965 untuk belajar pembuatan diaroma. Karya-karya monumentalnya berbentuk relief di zaman itu, bisa dinikmati di Bandara Kemayoran dan juga Bandara Adisucipto.
Mendatangi Hotel Indonesia (HI) kini, para tamu hotel memang tak sekedar menikmati kenyamanan dan kemewahan sebuah tempat menginap, tetapi juga seperti sedang membaca sebagian jejak sejarah bangsa yang terukir di beberapa sudut hotel yang berdiri di atas tanah seluas 25.082 meter persegi itu.
Lihatlah, di lobi Bali Room masih tampak lukisan karya Lee Man Fong, sebuah karya seni yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari riwayat hotel ini. Menurut Suwarno, lukisan Lee Man Fong dilukis menggunakan cat minyak di atas papan dan langsung ditempel di tembok. Temanya mencerminkan